Belakangan ini media sosial dihebohkan dengan istilah slow living. Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan slow living itu?
Seperti yang dikutip Slow Living Ldn, slow living merupakan penekanan gaya hidup yang sederhana dan santai. Pola hidup yang seperti ini akan mendorong Sobat Vero untuk hidup dengan kesadaran diri hingga dapat membantu Sobat Vero merasa lebih bahagia. Slow living juga dapat diartikan sebagai pola hidup yang lebih mementingkan pada kualitas daripada kuantitas, dengan mengalokasikan waktu untuk diri sendiri, makan dengan santai, maupun mengahbiskan waktu bersama orang tersayang.
Gerakan slow living awalnya berkembang di Italia pada tahun 80-an untuk menentang budaya cepat saji dan industri makanan besar melalui Slow Food Movement. Kini gerakan slow food sudah memiliki pendukung lebih dari 150 negara dan terus mempromosikan upah yang adil bagi produsen hingga mendorong makanan yang berkualitas baik untuk disajikan kepada konsumen.
Salah satu penulis dan pembicara paling terkenal mengenai slow living, Carl Honoré, telah membantu mebawa konsep slow living ke publik luas pada tahun 2004 dengan menerbitkan bukunya yang berjudul In Praise of Slowness. Ia mengeksplorasi bagaimana Slow Food memicu gerakan makan santai ke area kehidupan yang bergerak cepat, termasuk pekerjaan, mengasuh anak dan rekreasi. Gerakan seperti ini cukup populer bahkan saat pandemi COVID-19, karena masyarakat memiliki waktu untuk slow down dan mulai kembali menata kehidupannya. Faktanya, google melaporkan peningkatan empat kali lipat dalam jumlah video YouTube dengan judul “slow living” pada tahun 2020 vs 2019.
Tidak hanya untuk mereka yang tinggal di perdesaan, slow living merupakan pola pikir semua orang, entah rumah mereka di ibu kota maupun dusun. Hidup yang slow tetap bisa membuat Sobat Vero sukses, karena lebih memprioritaskan apa yang paling penting bagi Sobat Vero. Slow living juga tidak berarti bebas teknologi, namun pastikan bahwa perangkat teknologi ada hanya untuk melayani kita, bukan justru mengganggu kita.