Tari Tayub merupakan tarian yang berasal dari daerah Nganjuk, Jawa Timur. Tarian ini merupakan kesenian daerah yang sudah diakui secara nasional. Meski begitu, masih cukup banyak yang belum mengenal seperti apa kesenian tari Tayub yang ternyata memiliki fakta yang cukup kontroversial.
Sobat Vero pasti tahu kalau Indonesia penuh dengan segala keragaman adat dan budaya. Setiap daerah pasti akan melahirkan kesenian yang beragam, di antaranya kesenian tari.
Tari Tayub yang berasal dari Nganjuk ini salah satunya. Tari Tayub sendiri sebenarnya merupakan kesenian yang berisi ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui Dewi Sri, Dewi yang dipercaya sebagai lambang kesuburan mengingat sebagaian besar mata pencaharian masyarakat Nganjuk adalah petani. Tarian ini disajikan setiap menjelang panen hingga saat panen raya tiba. Biasa dinikmati bersama masyarakat dengan meriah.
Walau sebenarnya kesenian Tayub tidak hanya ada di Nganjuk saja tapi hampir di seluruh Jawa ada kesenian ini, tapi Tayub di Nganjuk merupakan salah satu yang menarik untuk diperbincangkan!
Fakta Unik di Balik Tari Tayub
Sejarah Tari Tayub
Tari Tayub sendiri sudah ada sejak zaman kerajaan Mataram Islam dan Sunan Kalijaga. Sebelumnya, tarian Tayub dikhususkan untuk Dewi Sri. Akibat masuknya Islam, terdapat beberapa penyesuaian, di antaranya rasa syukur atas panen dihaturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa selain kepada Dewi kesuburan.
Fakta menarik dari tari Tayub ini terletak pada susunan para pemainnya. Susunan ini terdiri dari penari Tayub itu sendiri yang didominasi oleh wanita, kemudian ada pengiring, yaitu orang-orang yang mengiringi (mengibing) atau orang yang ikut menari bersama para penari utama.
Pengibing biasanya dari masyarakat sekitar yang melihat pertunjukan dan mayoritas laki-laki. Setelah pengibing dan penari ada pramugari, berbeda dengan pramugari pesawat, dalam tari Tayub, istilah pramugari digunakan oleh Pranatacara atau pembawa acara yang mengatur jalannya pertunjukan. Terakhir adalah para pemain musik yang akan mengiringi sepanjang tarian tersebut disajikan.
Busana Penari Tayub
Fakta menarik dari tari Tayub selanjutnya adalah dari busana yang digunakan. Sebelumnya sudah disebutkan bahwa tarian ini ada pada pengaruh kerajaan Mataram Islam. Tentu saja gaya busana juga ikut berpengaruh.
Para penari Tayub dan seluruh susunannya akan mengenakan busana adat jawa, meliputi kebaya, kemben, jarik batik, selop, dan aksesoris bunga untuk wanita. Kemudian untuk pria menggunakan busana beskap, lengkap dengan jarik batik, blangkon, serta selopnya.
Sekilas dilihat, susunan busana penari Tayub ini mirip dengan tari Gambyong dari Jawa Tengah. Tidak hanya busana, beberapa gerakan dari penarinya juga hampir mirip.
Tari Tayub dan Segala Kontroversinya
Selain mempunyai banyak fakta menarik, tari Tayub juga memiliki berbagai kontroversi di baliknya. Kontroversi ini meliputi mistis hingga erotis.
Mistis karena tarian Tayub sering diasosiasikan dengan ritual tertentu. Meski sebagai ungkapan rasa syukur, tapi perlengkapan dan tahapan sebelum memulai tarian ini cukup rumit dan mengandung unsur klenik atau spiritual.
Bahkan beberapa oknum penari atau penggiat Tayub yang dengan sengaja menggunakan jimat penglaris atau susuk dan semacamnya hanya agar jasanya menari laris dan punya banyak uang karena itu.
Selain kontroversi dari sisi mistis, tari Tayub juga sering diasosiasikan dengan sesuatu yang erotis. Bahkan, nama lain dari tarian ini adalah ledhek atau menggoda.
Beberapa penari wanita memang gemar memberikan gestur menggoda kepada para pengiring sehingga stigma demikian tidak bisa dihindari. Walau pun demikian, masih ada juga penari Tayub yang murni menjalankan kesenian sebagai bagian dari melestarikan kebudayaan tanpa unsur erotis dan hal lainnya.
Itulah beberapa ulasan fakta menarik dari tari Tayub dengan beberapa kontroversi di baliknya. Semoga bermanfaat, ya!