31 Desember 2011
Di sebuah rumah yang tampak sederhana dan minimalis tetapi dipenuhi dengan tanaman yang tertata rapi di kebunnya, tampak seorang wanita paruh baya sibuk mengangkut beberapa kotak kue dan diberikannya ke kurir langganannya. Dia adalah Celine, ibu dari Danilla, seorang guru taman kanak-kanak yang kadang tetap berjualan kue untuk acara-acara pesanan teman-temannya. Namun, Celine sebenarnya tidak boleh terlalu capek karena dia memiliki asma akut yang seringkali kambuh apabila terlalu kecapean.
Setelah Celine mengangkut beberapa kotak, muncul Danilla dan juga Langit membawa kotak kue lainnya. Celine hanya ikut tersenyum melihat kekompakan mereka. Danilla dan Langit masuk kembali ke dalam rumah dan kembali membantu Celine untuk membungkus kue-kue pesanan acara tahun baru. Celine membawakan dua gelas es teh manis untuk Danilla dan Langit.
“Nak Langit, diminum dulu. Kasian dari tadi belum sempat ibu kasih minum.” Celine sambil meletakkan dua gelas yang diperuntukkan untuk anaknya juga.
“Terima kasih bu, padahal saya ambil sendiri aja. Ibu gak usah repot-repot.” Langit merasa tidak enak.
“Ibu yang malah ngerepotin, kamu jadi ngebantuin Danilla bikin kue. Padahal Danilla bisa sendiri.” Celine sambil memasukkan kue-kue ke dalam kotak.
“Ya memang bisa bu, Langitnya aja yang kekeuh mau bantuin!” Danilla sambil merengut ke Langit. Langit tampak canggung dan terdiam sejenak seperti akan siap berbicara.
“Maaf bu, sebenarnya saya kesini juga ingin mengajak Danilla ke acara tahun baru di pasar malam di Jalan Rengsa. Bersama teman-teman yang lain juga.” Langit berusaha menjelaskan dengan lancarnya.
“Oh begitu, ibu sih boleh saja. Danillanya gimana?” Celine menoleh ke Danilla.
“Danilla takut ibu sendirian apalagi tahun baru. Kalo ibu nanti kumat juga gimana?” Danilla berubah khawatir ke ibunya.
“Siapa bilang sendirian? Nanti tante Peggy mau datang, besok kan masih ada pesanan. Ibu bilang ke tante Peggy untuk menginap aja. Udah, kamu pergi aja. Udah berapa kali tahun baru kamu selalu temenin ibu. Sekarang saatnya kamu ada acara sendiri.” Celine sambil mengusap rambut Danilla.
“Beneran tante Peggy mau kesini?” Danilla masih merasa khawatir.
“Iya, nih. Udah kirim SMS sama ibu.” Celine memperlihatkan laman smsnya kepada Danilla. Danilla saat itu menghela nafas lega.
“Syukurlah, Danilla izin nanti malam ya bu.”
“Saya pasti antar pulang Danilla sesudahnya kembang api bu.” Langit mencoba menambahkan supaya Celine tidak khawatir.
“Iya, kalian hati-hati ya. Tolong jaga Danilla ya, Langit.”
“Ih ibu, Danilla juga bisa jaga diri sendiri.” Danilla merengut.
“Saya pasti jaga Danilla sepenuh hati, bu.” Langit terlihat sangat tulus.
“Makasih ya nak Langit.” Celine tampak dapat melihat ketulusan dalam tatapan Langit kepada Danilla. Sementara, Danilla diam-diam juga merasa nyaman Langit ada disana.
***
Di tengah keramaian tahun baru menuju tahun 2012, di sebuah pasar malam dekat perumahan Danilla, Langit menyatakan cintanya. Di dalam biang lala yang berputar dengan pelan, Langit seperti sudah menyiapkan semuanya. Dari pemandangan di atas biang lala, pasar malam tampak gemerlap dengan lampu untuk memeriahkan tahun baru. Langit menatap Danilla yang tadinya melihat ke sekitar dengan kagum.
“Dan, aku mau ngomong sesuatu sama kamu.” Langit tampak deg-degan sambil menatap Danilla.
“Ngomong aja, Lang.” Danilla tampak tersenyum dengan santai tapi agak heran dengan wajah serius Langit, lalu malah tertawa. Langit malah tambah bingung harus bagaimana. Di tengah rasa deg-degannya Langit, Danilla tiba-tiba nyeletuk duluan.
“Aku suka sama kamu, Langit.” Danilla menatap Langit dengan dekat.
“Lho, kok kamu ngomong duluan sih?” Langit jadi merasa keduluan.
“Ya habisnya, kamu ngga ngomong-ngomong!” Danilla menatap Langit dengan usil. Kemudian Langit melipat tangannya menunjukkan marah lucu.
“Kamu mau gak, jadi—”. Saat Danilla mau bilang itu, Langit langsung menutup mulut Danilla.
“Ngga! Kali ini biar aku! AKU SUKA SAMA KAMU DANILLA! AKU PENGEN KAMU JADI PACAR AKU. MAU GAK?” Suara Langit tiba-tiba lantang hingga membuat penumpang yang ada di biang lala juga mendengar lalu tersenyum. Danilla tertawa melihat kekikukan Langit dan rasa malunya dilihat orang-orang.
“AKU MAU JADI PACAR KAMU, LANGIT!” Danilla ikut teriak lantang. Langit terbelalak kaget lalu memeluk Danilla dengan senang. Setelah melepas pelukannya dengan pelan, Langit mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Sesuatu itu adalah sebuah kantung kecil berwarna lilac yang dia buka dan tampak sebuah kalung dengan liontin berbentuk awan. Danilla melihat dengan wajah penuh penasaran.
“Aku mau cari kalung bentuk langit ngga ada, jadinya bentuk awan aja ya. Karena awan selalu ada di langit. Seperti Langit selalu ada buat Danilla.” Langit menjelaskan hal itu dengan penuh hati-hati. Sementara, Danilla tersenyum penuh haru.
“Lucu banget, Langit. Padahal kamu gak usah repot-repot kaya gini.”
“Gak repot kok, ini supaya kamu inget terus sama aku aja!” Danilla tertawa mendengar Langit yang benar-benar polos dan romantic.
“Makasih ya, pacar aku. Coba pasangin dong.” Danilla mengangkat rambutnya dan menggeser ke sebelah kanan sehingga Langit bisa memasangkan kalung awan itu untuknya. Saat kalung itu sudah terurai di lehernya Danilla, dia tersenyum senang. Biang lala itu pun akhirnya berhenti. Langit menggandeng tangan Danilla keluar dari biang lala. Keduanya tampak masih sangat nervous dengan perasaan bahagia.
Mereka berjalan mengitari pasar malam, sampai terdengar suara kembang api yang menandakan pergantian tahun ke 2011. Langit memberanikan diri mencium kening Danilla di tengah keramaian sorak sorai tahun baru. Kemudian keduanya tersenyum dengan Bahagia. Hingga beberapa teman mereka yang lain akhirnya menemukan mereka lalu senyum-senyum melihat ke mereka.
“Cieee yang udah jadian!” Semua tampak ikut senang dan menyenggol keduanya dengan iseng. Langit dan Danilla hanya tersenyum malu saja.
***