RED: Revenge, Extremely Dangerous

Minggu lalu gue membahas soal arwah perempuan bergaun merah yang menghantui jembatan Sungai Bang Pakong di Thailand. Ternyata, selain dikaitkan dengan mereka yang bunuh diri dengan melompat, hantu berpakaian merah juga biasanya dikaitkan dengan mereka yang cintanya dicampakkan dan ingin melakukan pembalasan dendam. Seperti dua urban legend yang akan gue bahas kali ini. 

Cerita pertama terjadi di sebuah apartemen di kawasan Bedok North, Singapura. Di salah satu unit di apartemen itu tinggal sepasang suami istri yang sedang menghadapi banyak masalah dalam pernikahan mereka. Sang suami ketahuan berselingkuh dengan wanita lain, sementara mereka sedang terlilit banyak utang sama rentenir. 

Karena sudah nggak tahan dengan beratnya masalah yang menimpanya, suatu hari sang istri memakai gaun Cheongsam merahnya, lalu dia lompat dari balkon apartemen sambil membawa anak laki-lakinya yang berusia 3 tahun dalam pelukannya. Tapi, sebelum melompat, sang istri menulis pesan di dinding apartemen dengan darahnya sendiri. “Ini belum selesai, Sayang.”

Setelah kejadian naas itu, sang suami mencoba menjual apartemen mereka, tapi entah kenapa nggak ada orang yang mau beli. Mungkin karena orang-orang sudah tahu cerita soal apartemen itu. Akhirnya, sang suami memutuskan untuk menikahi selingkuhannya dan tinggal di apartemen tempat istrinya bunuh diri itu. Nggak lama setelah itu, mereka memiliki seorang anak laki-laki.

3 tahun kemudian, si anak laki-laki tiba-tiba lari dari kamarnya ke kamar ayahnya, dan dia bilang kalau dia punya abang atau Koko. Lalu si anak laki-laki ini juga bilang kalau si Koko sudah berbuat jahat sama dia. Sang ayah kemudian mendengar suara tangis dari kamar anaknya, dan dia tersadar kalau suara tangis yang dia dengar itu mirip dengan suara tangis almarhum anak laki-lakinya.

Sang ayah lalu pergi ke kamar anaknya untuk mencari sumber suara tangisan, tapi dia nggak menemukan apa pun. Akhirnya sang ayah yakin kalau suara tangisan itu hanya imajinasi dia aja. Tapi, tiba-tiba anaknya membuka jendela dan lompat dari balkon apartemen. Sebelum lompat, si anak berteriak, “Ini untuk Koko.”

Setelah dua kali kejadiaan naas itu terjadi, sang suami dan istri barunya akhirnya pindah entah ke mana. Sedangkan apartemen mereka dibiarkan kosong selama bertahun-tahun. Sementara di pekarangan tempat sang istri dan si anak laki-laki mendarat, banyak orang merasakan hawa yang nggak enak di sana. Dan cukup banyak juga penghuni apartemen yang melihat arwah wanita bergaun Cheongsam merah menghantui area sekitar apartemen.

Selain di Bedok, cerita hantu bergaun merah dengan penyebab serupa juga terjadi di Bukit Gasing, Malaysia. 

Di awal tahun 2000, seorang pebisnis kaya raya tinggal bersama istrinya di sebuah perumahan mewah di area Bukit Gasing. Sayangnya, hubungan mereka kurang baik karena sang suami sibuk melakukan perjalanan bisnis, dan juga karena sang suami punya selingkuhan. 

Waktu sang istri tahu kalau suaminya berselingkuh, dia marah besar dan terbakar api cemburu. Sang istri kemudian pergi ke rumah selingkuhan suaminya, lalu dia membunuh dan memenggal kepala selingkuhan suaminya itu. Setelah itu, dia gantung kepala selingkuhan suaminya itu di pintu masuk rumah mereka.

Ketika sang suami pulang dan melihat kepala selingkuhannya tergantung di pintu rumah, suaminya langsung terkena serangan jantung dan tewas seketika. Lalu, di hari yang sama, sang istri gantung diri di balkon rumah mereka. Rumah mewah mereka pun dibiarkan terbengkalai hingga saat ini, sampai pernah digunakan oleh seorang dukun untuk melakukan praktik ilmu hitam. Sementara orang-orang di sekitar percaya kalau rumah itu dihantui oleh arwah sang istri karena sosoknya sering terlihat di lantai dua dengan memakai gaun tidur berwarna merah. 

Teori tentang hantu memakai pakaian merah karena cintanya dicampakkan dan ingin balas dendam pun jadi mungkin kebenarannya. 

Sebagai penutup, gue mau kasih pertanyaan yang masih berhubungan dengan dua kisah kelam yang gue ceritain tadi. 

Kalau seseorang selingkuh dari pasangannya, siapa yang salah? Orang itu, atau selingkuhannya? 

Buat gue, yang salah dua-duanya. Si selingkuhan salah karena menggoda orang yang sudah terikat dengan pasangannya, dan si orang itu juga salah karena membiarkan hal itu terjadi. Begitu juga sebaliknya. Si orang itu salah karena menggoda orang lain padahal dia sudah terikat dengan pasangannya, dan si selingkuhan juga salah karena menyambut rayuan orang itu. 

Menurut kalian gimana?