Pandangan Ustad Adi Hidayat Tentang Hamas dan Isu di Palestina

Penyerangan Israel terhadap Palestina menjadi perbincangan dunia. Banyak negara melakukan protes atas penyerangan Israel ini, pasalnya Israel menyerang penduduk sipil mulai dari anak-anak, perempuan bahkan tenaga medis. Kian hari semakin memanas, banyak negara geram melihat penyerangan israel ke Palestina.

Dalam unggahan video, Ustad Adi menggunakan pendekatan kritis untuk mempertanyakan inkonsistensi kebijakan internasional terkait konflik di Palestina.

“Pemerintah dan komunitas internasional seringkali menunjukkan kepedulian terhadap berbagai konflik global, seperti Rusia dan Ukraina. Tapi kenapa ketika masalahnya adalah Palestina, mereka cenderung mengabaikan?” ucap UAH di akun YouTube Officialnya

Menurutnya, sikap ini mencerminkan inkonsistensi dan kurangnya komitmen terhadap nilai-nilai kemanusiaan.

“Kenapa pemerintah harus repot-repot terlibat mediasi Rusia dan Ukraina, tetapi enggan terlibat dalam isu Palestina? Mengapa kita kirimkan pasukan perdamaian ke beberapa tempat, tetapi mengabaikan konflik yang terjadi di Palestina?” lanjut Ustad Adi Hidayat 

UAH juga mempertanyakan apakah kebijakan internasional benar-benar dijalankan berdasarkan nilai kemanusiaan. 

“Ketika rumah sakit dan tempat-tempat spiritual di Palestina mendapat serangan dan blokade, di mana peran pemerintah dan komunitas internasional?” Ustad Adi menegaskan bahwa tindakan tersebut adalah pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia.

UAH juga menyinggung hubungan historis antara Indonesia dan Palestina, menekankan bahwa Palestina adalah salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.  

“Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, salah satu negara pertama yang mengakui adalah Palestina, bahkan pengakuan ini disiarkan melalui radio di Jerman oleh Syekh Muhammad Amin al-Husini, Mufti Yerusalem di Palestina,” jelas Ustaz Adi.

“Seharusnya kita merespons lebih proaktif terhadap isu ini, bukan malah mengabaikannya,” sambungnya.

Menurut UAH, publik perlu mendapatkan informasi yang lebih mendalam dan akurat tentang konflik ini. 

“Kita perlu melihat lebih jauh dari sekadar berita utama yang seringkali misleading,” ujar Ustad Adi Hidayat

Konflik Palestina-Israel diketahui meletus pada 7 Oktober ketika kelompok Palestina, Hamas, meluncurkan “Operasi Badai Al Aqsa”, serangan mendadak dari segala penjuru termasuk menembakkan roket dan menyusupkan anggotanya ke wilayah Israel lewat jalur darat, laut dan udara.

Hamas mengungkapkan bahwa operasi tersebut adalah balasan atas penyerbuan Israel terhadap Masjid Al Aqsa di wilayah pendudukan Yerusalem Timur dan peningkatan kekerasan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina.

Militer Israel kemudian melancarkan Operasi Pedang Besi untuk menargetkan Hamas di Jalur Gaza. Hampir 7.200 orang tewas, termasuk sedikitnya 5.791 warga Palestina dan 1.400 orang Israel, dalam konflik tersebut.

Sebanyak 2,3 juta penduduk Gaza telah kehabisan makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar, dan konvoi bantuan yang baru-baru ini diizinkan masuk ke Gaza hanya membawa sebagian kecil dari apa yang dibutuhkan.

 

Tentang Hamas (Harakah al-Muqawwamah al-Islamiyyah (Gerakan Perlawanan Islam)

Menurut Ustad Adi Hidayat, Hamas berdiri saat beberapa tokoh merasa bahwa tidak ada lagi yang membela warga Palestina, di mana saat itu banyaknya ibu-ibu, wanita serta anak-anak yang diculik oleh Israel.

Hamas atau Harakat al-Muqawwamatul Islamiyyah didirikan oleh Sheikh Ahmed Yassin bersama 6 orang sahabatnya.

Sheikh Ahmed Yassin sendiri pada awalnya yang merupakan kelahiran desa Al Jaurah, pinggiran Al-Mijdal, selatan Jalur Gaza yang sekarang dekat Ashkelon di Israel datang ke Mesir untuk kuliah di Al Azhar.

Akan tetapi saat di Al Azhar tahun 1955-1956 ditangkap karena dianggap Ikhwulul Muslimin.

Meskipun Sheikh Ahmed Yassin tidak terbukti anggota dari Ikhwanul Muslimin namun membuat Sheikh Yassin mengenal lebih jauh tentang garakan ini.

Ikhwanul Muslimin sendiri merupakan sebuah organisasi Islamis transnasional yang didirikan di Mesir oleh ulama dan guru sekolah Hassan al-Banna pada tahun 1928.

Setelah kembali ke Palestina, pada 14 Desember 1987 berdilah Hamas dan dari tahun 80 para anggota Hamas dididik dengan Al Quran.

Mereka diajarkan semuanya tentang Yahudi, mulai dari silsilah, keturunannya dan sifat-sifatnya, hingga siklus 40 tahunan Yahudi. 

“Jadi Hamas memang dipersiapkan oleh Sheikh Yassin,” papar UAH.

Dalam perjuangannya Hamas mempunyai sayap militer yaitu Brigade Izzuddin al-Qassam atau yang dikenal dengan Brigade al-Qassam.

Hamas terus berkembang dan pada 2007, Hamas memerintah Jalur Gaza, setelah memenangkan mayoritas kursi di parlemen Palestina pada pemilihan parlemen Palestina tahun 2006.

Meksipun telah berhasil memangkan dari hasil parlemen Palestina, namun pihak Israel tetap tidak mengakui Hamas dan mengatakan bahwa Hamas adalah kelompok teroris. Bahkan Israel mengatakan jika Hamas telah menggunakan warga sipil dan anak-anak sebagai tameng dalam perjuangan mereka.

Sedangkan warga Palestina di Gaza sendiri begitu mengidolakan Hamas, di mana terlihat dari berbagai video yang tersebar di media sosial bagaimana anak-anak di Gaza begitu bersemangat saat bertemu dengan Hamas.