Beberapa minggu terakhir ini linimasa lagi dihebohkan oleh kematian seorang mahasiswi Universitas Sumatera Utara (USU) bernama Mahira Dinabila yang ditemukan tewas sendirian di lantai dapur rumahnya pada 3 Mei 2023 lalu dengan kondisi nggak wajar. Kita bahas, yuk!
Tapi, sebelum bahas kasusnya, kita bahas sedikit tentang latar belakang Mahira ya.
Jadi, sejak bayi Mahira diangkat sebagai anak oleh sepasang suami istri yang sudah lama nggak memiliki keturunan dan merupakan adik orangtua kandung Mahira. Sayangnya, orangtua angkatnya itu bercerai pada tahun 2016. Mahira lalu tinggal sendirian bersama ibu angkatnya di rumah yang selama ini mereka huni, sementara ayah angkatnya yang bernama Mawardi menikah lagi dan tinggal terpisah dengan Mahira.
Saat ibu angkat Mahira meninggal, Mahira tinggal bersama Oky Andriansyah, paman Mahira dari pihak ibu angkatnya. Akhirnya rumah ibu angkatnya itu dihuni oleh Mawardi bersama dengan keluarga barunya. Saat Mahira ingin kuliah di USU, dia kembali ke rumah ibu angkatnya itu pada September 2022 dan tinggal sendirian di sana. Sementara Mawardi dan keluarga barunya pindah dari rumah tersebut.
Nah, sejak akhir April 2023, Mahira tiba-tiba menghilang. Teman Mahira kemudian mengirim pesan melalui DM (direct message) Instagram istri Oky, dan menanyakan soal Mahira yang sudah lebih dari seminggu nggak masuk kuliah. Oky lalu mencoba menghubungi Mahira. Tapi, karena Mahira nggak bisa dihubungi, Oky dan istrinya memutuskan pergi menemui Mahira di rumahnya yang berlokasi di Kompleks Rivera, Kecamatan Medan Amplas, Kota Medan.
Naasnya, di sana Oky menemukan Mahira sudah menjadi mayat yang tergeletak di lantai dapur dengan kondisi yang nggak wajar. Kepala Mahira tinggal tengkorak dan rambutnya habis terbakar. Sementara badannya utuh walau mulai membusuk. Dari sini muncul dugaan kalau Mahira sudah meninggal seminggu sebelum jasadnya ditemukan.
Awalnya pihak keluarga mengira Mahira tewas bunuh diri karena ditemukannya sebuah surat yang diduga ditinggalkan oleh gadis berusia 19 tahun itu. Tapi setelah pihak keluarga mencocokkan tulisan di surat dengan tulisan tangan Mahira, ternyata hasilnya sangat berbeda. Selain itu, pihak keluarga juga menemukan banyak kejanggalan dari kematian Mahira. Seperti pintu gerbang dikunci gembok dari luar, padahal Mahira ada di dalam rumah. Lalu, motor dan ponsel Mahira juga ada, jadi kematian Mahira nggak ada unsur perampokan.
Anehnya lagi, Mawardi menolak autopsi dan malah meminta agar jenazah Mahira cepat dikuburkan. Pihak keluarga pun jadi curiga kalau Mahira mati dibunuh oleh Mawardi. Mereka akhirnya melaporkan Mawardi ke pihak yang berwajib.
Sayangnya, sampai saat ini kasus Mahira masih belum juga selesai. Oleh karena itu para mahasiswa USU melakukan demo di depan Polda Sumatera Utara pada 9 Juni lalu untuk meminta Kapolda Sumut segera menyampaikan hasil autopsi sesuai fakta yang terjadi.
Semoga kasus Mahira bisa segera menemukan titik terang ya.