Salah satu penyakit yang paling mematikan di dunia menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah penyakit jantung. Pada 2021, berdasarkan data WHO, jumlah kematian akibat penyakit ini mencapai 17,8 juta kasus atau satu dari tiga kematian di dunia setiap tahunnya.
Sebanyak 2,1 persen masyarakat dengan status ekonomi bawah dan 1,6 persen masyarakat dengan status ekonomi menengah bawah mengalami penyakit jantung koroner. Hal itu menurut Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) 2013. Sementara, WHO menyebutkan bahwa lebih dari 3/4 kematian akibat penyakit jantung terjadi di negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang.
Para peneliti menemukan bahwa sekitar 50 persen orang dewasa berpenghasilan rendah lebih berisiko mengidap penyakit jantung karena kualitas tidur yang lebih buruk daripada orang berpenghasilan tinggi. Hasil penelitian terhadap 110 ribu orang dewasa, 48 persen laki-laki dan 53 persen perempuan berpenghasilan rendah. Tingginya risiko orang berpenghasilan rendah berkaitan dengan kualitas tidur yang buruk.
Kecemasan yang mengganggu kemampuan tidur disebabkan karena beban pekerjaan yang tinggi dan tekanan ekonomi. Selain itu, kondisi tempat tinggal dan lingkungan sekitar orang berpenghasilan rendah juga cukup berpengaruh terhadap kualitas tidur. Umumnya, orang berpenghasilan rendah tinggal di lingkungan yang padat dan bising. Tim peneliti menekankan bahwa tidur yang cukup penting untuk kesehatan jantung. Enam hingga delapan jam durasi tidur yang disarankan untuk orang dewasa.
Di sisi lain, berdasarkan hasil studi yang dipublikasikan Circulation, sebuah penelitian melibatkan lebih dari 15 ribu pasien yang dirawat karena serangan jantung akut atau penyakit jantung koroner di Belanda menemukan bahwa para pasien dengan pendapatan terendah memiliki tingkat kematian pada 28 hari dan 1 tahun yang lebih tinggi secara signifikan.