7 Animator asal Indonesia yang Mendunia, sampai Populer di Mancanegara

animator-sukses-griselda-sastrawinata

Berbicara mengenai film, tak hanya film yang diperankan para aktor yang mendapat perhatian dari masyarakat. Ada juga yang menyukai film animasi karena umur penontonnya tak terbatas. Anak-anak hingga orang dewasa juga bisa menikmati film animasi.

Film animasi yang keren di luar negeri ternyata tak hanya dibuat oleh orang asing saja, melainkan ada orang Indonesia juga. Siapa sajakah animator yang berhasil berkarya hingga mendunia? Berikut ulasannya.

Griselda Sastrawinata

Griselda merupakan animator dari Indonesia yang sudah memiliki impian bekerja di bidang animasi sejak kecil. Demi memenuhi cita-citanya, ia menempuh studi di Art Center College of Design, Pasadena, Amerika Serikat. 

Setelah lulus, Griselda langsung memulai perjalanannya sebagai animator di studio film Dreamworks. Ia berkontribusi dalam membuat film-film animasi andalan seperti Home, How to Train Your Dragon 2, Kungfu Panda 2, Penguins of Madagascar, Puss In Boots, dan Shrek Forever After. 

Di tahun 2015, ia pun bergabung dengan Walt Disney dan turut andil di film Frozen II, Moana dan Raya and the Last Dragon.

Ronny Gani

Ronny Gani merupakan lulusan Arsitektur UI, ia memiliki cita-cita sebagai animator dan belajar animasi secara otodidak. Setelah bekerja di di PT Mitra Integrasi Komputindo sebagai Graphic Designer, ia meyakini dirinya untuk terjun ke dunia animasi.

Ia pun berkarir di perusahaan animasi Industrial Light & Magic (ILM) asal Singapura dengan mengerjakan sejumlah film, seperti Star Wars: The Clone Wars, Transformers: Age of Extinction, The Avengers: Age of Ultron dan Ant-Man.

Kevin Herjono

Kevin memulai karirnya sebagai animator setelah selesai belajar di jurusan visual effects di Savannah College of Art and Design di Georgia pada tahun 2015. Setelah lulus, ia menggarap sebuah cinematic game untuk Call of Duty: Modern Warfare.

Di situ, ia banyak berkontribusi dalam pemberian efek visual dan menghaluskan tekstur dari sebuah karakter sehingga akan tampak lebih realistis. Lalu setelah itu ia bergabung dengan Lucasfilm dan langsung mengerjakan proyek serial Netflix berjudul Love Death Robots yang sudah ada 3 season.

Kini dikabarkan ia bernaung di bawah Blur Studio, yaitu sebuah perusahaan animasi yang menangani banyak proyek besar di dunia film maupun game.

Marsha Chikita Fawzi

Berawal dari magang di Las Copaque Production di Malaysia, Marsha atau yang biasa dipanggil Chiki ialah awal dari terciptanya karakter Upin dan Ipin.

Karena dinilai piawai dalam bekerja, Chiki diangkat menjadi karyawan tetap untuk tetap meneruskan animasi Upin dan Ipin.

Michael Reynold Tagore

Michael merupakan sosok yang mencintai bidang desain grafis. Setelah belajar teori dan praktikal di jurusan Desain Grafis Universitas Tarumanegara, ia langsung melanjutkan studinya di University Technology of Sydney.

Dari hasil yang ia pelajari, terciptalah kerja kerasnya dalam pembuatan film animasi Animalia yang diterima Warner Bros dan serial 20 episode tersebut ditayangkan pada tahun 2007.

Selanjutnya ia juga tetap berkarya menciptakan animasi lain seperti Happy Feet Two, dan ikut berkontribusi di film Alvin and the Chipmunks: the Road Chip, Batman vs Superman:Dawn of Justice,  Iron Man 3, Jungle Book, Maze Runner, dan The Hobbit An Unexpected Journey.

Rini Sugianto

Rini merupakan animator asal Indonesia yang telah menjadi salah satu sosok di balik suksesnya film The Adventures of Tintin, The Avengers pertama dan kedua, The Hobbit: The Desolation of Smaug, dan Teenage Mutant Ninja Turtle.

Pierre Coffin

Sosok Minions yang populer ternyata dibuat oleh animator Indonesia, Pierre Coffin. Pierre lahir dari ayah dengan kewarganegaraan Perancis dan ibu yang merupakan Warga Negara Indonesia.

Tak hanya sebagai pencipta para minions, Pierre juga memegang peran sebagai pengisi suara dengan berbagai bahasa untuk 899 karakter minions yang ada di serial film tersebut. Saat ini pun Minions telah resmi dijadikan maskot oleh Illumination Entertainment.