Angel In The Dark (Chapter 4)

Mobil Rhea melaju di jalanan yang cukup lengang sore itu dan tetap berfokus pada sebuah mobil tipe sedan mewah yang melaju di depannya. Tatapan Rhea mulai kosong tetapi hatinya masih panik. Hingga dering handphonenya berbunyi memecah keheningan dan dilihatnya panggilan dari Ocean.  Rhea melirik sejenak dan membalikkan handphonenya begitu saja. Sekilas dari notifikasinya Valeria Antoine pun mengirimkannya pesan.  Rhea membiarkan dirinya larut dalam perjalanan sambil bergumam dalam hati. 

“Aku tau ini jahat, tetapi dari awal harusnya mereka jangan bertindak gegabah duluan.” 

Mobil Rhea seketika melaju dengan pelan, karena mobil di depan menepi ke sebuah restoran café dengan nuansa monokrom. Dari mobil itu turun seorang pria yang memakai jas berwarna krem tampak dari samping, rambutnya di bawah telinga, lebih panjang dari rambut Ocean. Setelah pria itu masuk, Rhea turun dari mobilnya hendak mengikuti dia. Tetapi saat membuka pintu, dia melihat ada semacam meeting besar dengan wajah-wajah yang familiar. Mereka adalah tim event organizer dari Jakarta X Beauty dan beberapa di antaranya ada perwakilan dari make up brand lainnya. Rhea tau itu bukan waktu yang tepat, dia pun mengurungkan diri. Tetapi suara pria itu terdengar dekat. 

“Anda mau masuk?” 

Ternyata pria itu baru saja selesai telepon dan berada tak jauh dari pintu. Rhea kini seperti dipergoki. Tetapi, pria itu menatap dengan tatapan yang teduh, tidak ada tatapan judging dan tenang. Rhea segera menggeleng. 

“Saya ingin bicara dengan anda. Boleh minta waktunya sebentar?” 

Pria itu mengangguk, lalu membukakan pintunya untuk Rhea.  Keduanya berbicara di lobby resto dengan agak menyamping. Kali itu, Rhea bisa melihat jelas wajah pria yang begitu tenang. Walaupun rambutnya tampak seperti bad boy tetapi, pakaiannya rapi, tampangnya begitu manis dan sopan. 

“Terima kasih tadi anda menyelamatkan saya dari para reporter dan maaf saya mengikuti anda sampai ke sini. Kasus yang saya tangani membuat saya ingin tahu.” Rhea menjelaskan dengan berusaha tenang. 

“Saya mengerti concern anda. Sebelumnya, perkenalkan saya Alakai Xavier atau biasanya disapai Kai.” Kai menjulurkan tangannya dan Rhea menyambutnya. 

“Jadi, ada perlu apa anda ke ELGANC?” 

Kai tampak tertegun dan ada raut sedikit kecewa tetapi tetap tenang. 

“Anda sama sekali tidak mengingat atau mengenal saya?” 

Rhea tampak menerawang dan mencoba mengingat tetapi tampak sulit baginya. Rhea kemudian menggeleng. “Maaf, saya tidak begitu cepat menghafal orang.” 

“Saya pewaris sekaligus direktur utama brand PURE.”  

Rhea kali itu tertegun dan benar-benar berusaha mengingat. PURE adalah brand make up dengan penjualan nomor 3 di Indonesia. Dia adalah brand yang bertahan dan mencoba banyak terobosan sampai akhirnya menjadi di tiga besar. Rhea seharusnya banyak bertemu dengannya di Townhall atau acara makan malam para CEO. 

“Saya dan tim ke ELGANC untuk bertemu dengan tim PR. Karena anda sedang sibuk. PURE ingin mengajukan konsep pameran kami di Jakarta X Beauty. Untuk hari terakhir, kami ingin melakukan kolaborasi dengan ELGANC. Beberapa brand sudah saling bekerja sama untuk penampilan terakhir. Maka, saya ingin mengajak ELGANC.” Kai melanjutkan dengan mencoba menjelaskan rincinya. Rhea segera mengecek handphonenya. Benar saja, dia mendapati panggilan juga dari Diar dan disusul oleh email yang menyatakan kerja sama dengan PURE. 

“Maka, saya juga ingin bertemu dengan tim EO untuk memberikan konsepnya. Selagi menunggu persetujuan dengan ELGANC. Apabila anda menyetujuinya, besok dalam press conference, kita bisa mengumumkannya bersama.” 

Rhea tidak menyangka PURE mau melakukan kerja sama dengan ELGANC yang sedang di ujung tanduk karena skandal yang tidak dilakukannya. Rhea merasa ini momen yang baik untuk menaikkan kembali attention public kepada ELGANC.

“Saya akan menyetujui itu. Tolong besok malam datang ke Moonlight lounge pukul 20.00 untuk bertemu dengan papa saya.” 

Kai tersenyum dengan amat manis dan sopan, “Terima kasih, Bu Rhea.”

“Jangan panggil bu, saya yakin anda lebih tua dari saya. Panggil saja saya Rhea.”

“Iya, saya lebih tua dua tahun dari anda, tapi bukan berarti anda juga panggil saya ‘pak’. Panggil saja saya Kai.” Kai kali ini menyertakan ketawa kecil. 

Rhea mengangguk dan membalasnya dengan senyum tipis. “Terima kasih, Kai sudah mempercayakan kolaborasi perusahaan anda dengan kami. Saya permisi.” 

 

***

 

Sebuah tangan kanan mengambil gelas wine dari meja kemudian dia menyeruputnya. Si pemilik tangan adalah Darren. Dia duduk dengan menyandar di salah satu sofa Moonlight Lounge yang merupakan private room dan menghadap ke city light. Saat itu adalah pukul 19.45 dan Darren sengaja sudah datang lebih dahulu untuk menenangkan pikirannya.  Hingga tak lama, Abra mengantarkan Kai masuk ke dalam private room itu. Darren yang menyandar dengan santai kemudian duduk dengan tegak. 

“Maaf Pak Darren, kalau saya terlalu cepat dan mengganggu waktu santai anda.” 

“Tidak ada kata terlalu cepat dalam dunia bisnis. Silakan duduk Alakai.”

“Terima kasih, Pak.” 

Darren sempat mengamati bagaimana cara Kai duduk dan mengatasi kegugupan di depannya. Kai tampak begitu tenang. 

“Apa kabar dengan ibumu?” 

“Baik, Pak. Terima kasih.” 

Darren berbeda dengan Rhea yang tidak baik mengingat koleganya. Bahkan Darren seperti stalker pada rekan kerjanya.  

“Apa rasa risihmu terhadap PURE sudah hilang?” Darren langsung menembak ke arah yang dia sudah tau dan mungkin beresiko untuknya.

“Saya sudah belajar banyak dari kesalahan, Pak. Saya tidak akan mengulanginya lagi.”  

Kai menjawabnya dengan sangat tenang dan tertata. Darren hanya mengangguk-angguk tetapi matanya masih sedikit menilik. Pertanyaan tadi berdasarkan cerita keluarga Alakai yang Darren ketahui.

 

PURE adalah perusahaan make up yang dirintis oleh istri pertama dari bapak kandung Alakai, dan memiliki ciri khas tersendiri untuk mengedepankan bahan-bahan dari seluruh Indonesia. Namun, naasnya PURE harus ditinggalkan perintisnya saat hendak melahirkan anak pertama mereka. Istrinya tidak selamat dan hanya anaknya yang selamat. Lalu, bapak dari Alakai menikah lagi dengan seorang wanita yang kemudian melahirkan Alakai. Karena kakak Alakai yang punya penyakit bawaan dari kecilnya, maka PURE diberikan kepada Alakai. Di tahun-tahun pertamanya, penjualan PURE terjun bebas karena salahnya strategi yang dipakai oleh Alakai. Hingga, dalam kurun lima tahun, Alakai berusaha menaikkannya kembali ke lima besar. Usaha Kai dalam menaikkan penjualan, sampai membuatnya menjadi daftar pengusaha muda yang membuktikan taringnya pada dunia make up. 

“Apakah ini termasuk strategimu untuk kolaborasi dengan ELGANC?” 

Darren memecah keheningan kembali dengan pertanyaan itu kepada Alakai. Keduanya pun tenggelam dalam pembicaraan bisnis make up mereka.

 

Sementara, dari celah kaca private lounge Moonlight, Rhea sudah datang, dan berbicara dengan menghadap ke handphonenya seperti sedang video call.  Rhea terpaksa duduk dulu di salah satu bar yang sepi. Suara Windy dan Flo sudah saling berebutan di telinga Rhea yang memakai airbuds-nya. 

“Kenapa sih Rhe, masalah pernikahan bisnis ini ngga pernah lo bahas sama kita?” Windy dengan wajahnya yang kecewa sekaligus lelah karena mengurus anaknya. 

“Jadi, pembicaraan gue sama lo waktu itu emang useless ya, you never accept the love anyway. Perfect banget bohongnya.” Flo menambahkan dengan sangat jutek. 

“Kalo gue ngga lagi nyusulin suami gue ke Tokyo, udah gue potong rambut lo ampe abis! Sahabat apaan dah, Rhe!” Windy menambahkan lagi makin gemas pada Rhea. 

“Gue ngga ada pilihan lain, guys. I didn’t mean to hide it from you.  Tapi bokap bener-bener ngga ngebiarin siapapun tau.” Rhea tetap berusaha tenang walaupun sama saja dia seperti mengkhianati teman-temannya. 

“Yaudah lah win, toh udah dibuka juga. Lo beruntung bokap lo nge-back up lo segitunya.” Flo meneguk winenya dalam video itu lalu mengecup kekasihnya yang mau pergi.  

“Lo sama siapa lagi, Flo?” 

“Diem, win. All focus on Rhea.” 

“Tapi kalian percaya kalo gue ngga ngelakuin skandal itu kan?” Rhea sesungguhnya ingin mendapatkan pembelaan dari sahabat yang dia miliki sekarang. Mereka tampak terdiam sejenak, hingga Flo bicara dengan santainya. 

“Kalo kita percaya, khususnya gue, kita bakalan nyecer lo di hari skandal itu terjadi. But I know you, jadi gue gak ngerasa harus bertanya apapun.” 

“Iya lah, gue juga gak mungkin nyibukin diri untuk nyari tau yang sebenernya.” Windy menambahkan sambil merapikan rambutnya dengan kesan slay.

“But, you still should find the culprit deh, Rhe.” Flo menambahkan. 

Kemudian Rhea tersenyum lega dan itu yang bisa dia rasakan saat itu sambil memandang ke arah ruangan di mana mungkin Kai disidang oleh papanya. 

I will. Thank you ya guys, gue minta maaf soal pernikahan bisnis itu. Gue gak punya alasan apapun selain minta maaf. We’ll talk about it later yaa.” Rhea melambaikan tangan kepada Windy dan Flo kemudian mematikan ponselnya.  

Rhea berjalan masuk ke arah private lounge, lalu melihat Kai dan papanya sudah berjabat tangan saja. Saat Kai mau beranjak, dia melihat Rhea sudah berada di depan pintu private lounge. Kai sempat terkesima dengan tampilan Rhea malam itu. Rhea yang biasanya selalu menggelungkan rambutnya saat pergi kerja, kini mengurai rambutnya dengan model twisted half-up ponytail. Kai mempersilakan Rhea untuk duduk, bahkan menyingkirkan bantal kecil yang menghalanginya. Kai sempat menuangkan wine ke dalam gelas yang baru.

“Jangan repot-repot, saya bisa panggil pelayan.” 

“Kalau saya bisa melayani, ngga usah pakai pelayan.” Kai benar-benar dengan sangat sopan dan manner yang baik, melayani Rhea. Rhea agaknya tertegun melihat manner Kai yang cukup berbeda dengan Ocean. Ocean selalu menjadi anak bungsu yang dilayani. 

“Papa sudah deal untuk kolaborasi kita dengan PURE. Penjualan kita turun keluar dari 5 besar, tapi komen negative perlahan sudah menghilang beberapa hari ini. Jadi, kamu siap untuk datang di Jakarta X Beauty ya, Rhe.” 

“Iya, pa.” Rhea tidak punya perlawanan sama sekali mengingat papanya mungkin sudah melakukan hal banyak untuk menutupi skandal Rhea. 

“Papa tinggal kalian berdua ya.” Darren beranjak dari duduknya lalu menepuk bahu Kai seperti menitipkan sesuatu padanya.  

 

Setelah Darren pergi, Rhea tidak sadar sudah menghabiskan tiga gelas wine yang dia diam-diam tuang sendiri. Di gelas keempat, Kai menahan botolnya. 

“Jangan memaksakan diri.” 

“Bukan urusan kamu!” Rhea cukup tegas kali ini tetapi dari raut wajahnya, dia tampak tertekan. 

“Bukannya kita bertemu di sini untuk membicarakan pekerjaan?” 

“Kalian sudah deal, kan? Ya sudah, kamu mau pulang juga gak apa-apa.” 

“Jangan marah gitu, Rhea. Saya hanya dikasih wejangan tentang bisnis. Papa kamu suka dengan konsep pameran PURE, maka dia mau deal.” 

Kai seakan begitu cepat mengerti keresahan Rhea. Rhea hanya menatap Kai dengan lelah tetapi kemudian menegakkan duduknya kembali. 

“Maaf, kalau saya bilang seperti itu tadi. Saya harusnya menjamu kamu dengan baik.” 

“Saya cukup mengerti Rhea. Kamu ngga usah repot.” 

“Kamu pikir, apa saya siap untuk datang ke acara pameran itu? Papa ngga pernah lihat dan rasakan perasaan saya.” 

“Lalu kenapa kamu mengiyakan aja?” 

“Setelah papa menguras tenaga, pikiran dan uangnya untuk menutupi skandal yang tidak saya lakukan itu, apa saya harus menolak?” Rhea kembali meneguk winenya one shot dari gelasnya menghabiskan setengah gelas langsung. “Saya pikir tidak akan menguras pikiran saya saat ditinggalkan oleh pengecut itu.” 

Pernyataan Rhea terakhir membuat Kai mengernyit dengan muka yang penuh tanya. 

“Dia meninggalkan saya seperti pengecut, seperti ibu saya. Betul, pernikahan ini hanyalah bisnis. Tetapi dia dan keluarganya tidak mau tau apa yang sebenarnya terjadi. Kemudian mengeluarkan pernyataan ini dan itu. Bukannya dia sudah merasa nyaman untuk akhirnya bersama dan melewati ini semua? Hah, mulut besar!” Kali ini Rhea mengambil champagne yang tadi juga diminum oleh Darren lalu meneguknya dengan cepat. Kai kini melihat adanya kesedihan dalam wajah Rhea. 

“Maaf kalau saya lancang, tapi apa kamu benar-benar cinta dengan dia?” 

“JANGAN BICARA CINTA! Sejak ibu saya meninggalkan saya, papa dan adik saya, saya tidak pernah percaya dengan cinta!” 

Rhea seperti orang yang benar-benar mabuk berat padahal memang dirinya sedang memarahi keadaan di mana dia kecewa dengan Ocean, papanya, dan tidak mau overthinking tentang teman-temannya yang mungkin menjadi tersangka dari skandal itu. 

“Saya antar pulang ya. Atau, saya panggilkan supir kamu. Kamu harus pulang dan tidur, supaya kamu ngga sakit.” 

Mendengar ucapan Kai yang begitu tenang dan meyakinkan, Rhea mencoba menegakan badannya dan berucap. “Ah iya, saya tidak mungkin membuat skandal lagi. Jangan bodoh Rhea! Jangan!”  telunjuk Rhea menunjuk kepalanya sendiri. 

Rhea kemudian berdiri dan badannya kini agak sempoyongan, hingga tubuhnya ditangkap oleh Kai. Kini tubuh Kai mendekap Rhea karena Rhea benar-benar akan merosot jatuh. Kai dengan pelan-pelan mendudukkan kembali Rhea di sofa. Lalu dia celingukan mencari supirnya di sekitar lounge. Saat menemukannya, Kai memberi kode untuk mengangkatnya. 

“Maaf Kai, ini semua di luar rencana. Semoga kamu tidak akan menyesal bekerja sama.” 

“Sama sekali tidak, Rhea.” 

 

***

BEBERAPA HARI KEMUDIAN…

Jakarta X Beauty diselenggarakan di JIEXPO, sebuah pusat konvensi dan eksibisi terbesar di Jakarta.  Semua booth brand make up telah menyiapkan konsep masing-masing untuk pameran per booth dan juga pameran besar yang akan diperlihatkan dengan fashion show atau peragaan lainnya.  Dalam acara pembukaan, semua CEO brand akan datang beserta dengan influencer, KOL dan brand ambassador.  Alakai datang dan disambut oleh semua mata wanita yang tersipu dengan kharismanya. Kai memakai jas berwarna biru tua dipadu dengan putih dan dasi warna khaki. Kulitnya yang putih membuat tampilannya makin bersinar. Kini dia mengikat rambutnya hingga kesan macho pun tetap terjaga dari dirinya. 

 

Beberapa menit sebelum acara mulai, semua wartawan dan reporter tampak menunggu apakah Rhea akan datang menampakkan dirinya atau dia menyerah. Hingga, saat coordinator acara mulai melakukan countdown, pintu terbuka dan salah satu LO (liaison officer) mengantar seseorang yang sudah ditunggu yaitu, Andrhea Jocelyn. Rhea memakai gaun soft pink dan riasan yang minimalist tetapi cantik dan anggun. Semua mulai bergumam macam-macam tentang dirinya, tetapi dia tetap berjalan ke arah panggung. Diar yang berada di booth segera menyusul Rhea dan menjaganya sampai ke panggung. Diar berbisik pada Rhea, “lo baik-baik aja kan?” Rhea melirik Diar dan mengangguk. 

 

Tiba saatnya para CEO akan mempresentasikan sampai sesi tanya jawab kepada para awak media. Saat itu, semua sudah siap menyerang Rhea dengan pertanyaan-pertanyaan seputar skandal dan pernikahan bisnisnya. 

“Mbak Andrhea akankah membuat klarifikasi?” 

“Mbak Rhea, bagaimana ELGANC akan menaikkan penjualan lagi setelah skandal kemarin?” 

“Mbak, adakah klarifikasi mengenai skandal tersebut? Mbak belum sempat menyatakan apapun, melainkan pak Darren.”  

“Mbak, apakah pernikahan bisnis dengan Ocean akan berlanjut?” 

Rhea yang awalnya tenang, kini raut wajahnya menegang dan tidak sanggup untuk berdiri lagi. Rhea mundur ke belakang dan mendudukkan dirinya dibantu oleh Kai. Kai segera menutup Rhea dan berbicara dengan tegas. 

“Sesi ini merupakan sesi tanya jawab mengenai produk ELGANC dan kolaborasi pameran dengan PURE. Silakan untuk pertanyaan yang terkait.” 

Para awak media membaca keadaan ini dan terus menggoreng apa yang terjadi dengan ELGANC dan PURE yang tiba-tiba melakukan kolaborasi.

“Pak Kai, apa yang membuat bapak mau bekerja sama dengan ELGANC?” 

“Apakah Pak Kai dulu adalah kawan lama dari Bu Rhea?”

Beberapa kawan influencer ikutan menyahut. 

“Apa Pak Kai mengambil kesempatan di saat Bu Rhea kosong, pak? 

“Lalu apa tidak beresiko hubungan baru antara Pak Kai dan Bu Rhea di tengah belum adanya klarifikasi jelas dari Bu Rhea?” 

Kali itu Rhea benar-benar ingin pergi dari hall, dia segera mengulurkan tangannya pada Diar memberikan kode untuk turun. Tetapi para awak media mencoba untuk menjegalnya. Saat keramaian mencoba menyudutkan Rhea dan menanyakan pertanyaan yang sama tentang kehidupannya, Kai langsung berada di depannya melindungi.

“Semua hal tentang klarifikasi dan apa yang terjadi belakangan ini dengan Bu Andrhea, saya yakin adalah urusan pribadi yang tidak harus diekspos. Saya mohon teman-teman media dimohon kerja samanya untuk hanya bertanya tentang make up saja di sini, dan tidak ada yang lainnya.” Ucapan tegas dari Kai membuat para awak media mulai mundur walaupun tetap saja ada yang terus kasak kusuk. 

Namun, karena hal itu, Rhea akhirnya bisa berjalan keluar tanpa ada desakan para wartawan. Sebelum kepergiannya, Rhea mengucap pada Kai, “Terima kasih.” Lalu, Kai mengangguk sambil tersenyum tipis.  

 

Di saat Rhea pergi, Kai tetap sabar menangani para wartawan, beratus-ratus cahaya dari kamera dan lighting menerangi Kai yang kini menjadi sorotan public. Rhea sempat menatapnya dan bergumam, “apa Tuhan memang mendatangkan cahaya itu di dalam gelapnya duniaku?” 

Exit mobile version