5 Faktor Perceraian Tertinggi di Indonesia, Masalah Finansial dan Perselingkuhan Masih Mendominasi!

Habis gelap terbitlah terang, itu merupakan kutipan terkenal dari Kartini yang merupakan sosok pejuang perempuan panutan semua orang khususnya para perempuan Indonesia.

Namun, perjuangan Kartini untuk membuat para perempuan Indonesia bisa bebas dari ancaman dan kekangan nampaknya belum usai.

Pasalnya mengutip dari buku yang berjudul Kesehatan Perempuan dan Keluarga Berencana terdapat beberapa faktor penyebab kekerasan terhadap perempuan, antara lain:

  • Masalah ekonomi keluarga.
  • Pasangan mempunyai selingkuhan/cemburu pada pasangan.
  • Masalah seksualitas.
  • Pengaruh kebiasaan minum alkohol dan penggunaan obat-obatan terlarang.
  • Permasalahan dengan anak.
  • Belum bekerja, dipecat, atau menganggur.
  • Istri ingin berkarier atau memperoleh pendidikan yang tinggi.
  • Kehamilan di luar nikah (KTD) atau infertilitas.

Dengan adanya kekerasan yang terjadi pada perempuan maka tingkat perceraian pun akan semakin meningkat. Pasalnya, faktor kekerasan terhadap perempuan jadi salah satu faktor pemicu terjadinya perceraian dalam rumah tangga.

Sesuai dengan data laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut, hingga tahun 2024, sebagian besar atau setara dengan 62% kasus perceraian disebabkan oleh perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus.

Selain itu juga ada faktor lainnya yang jadi penyebab utama perceraian di Indonesia yaitu masalah ekonomi, meninggalkan salah satu pihak, kekerasan dalam rumah tangga, mabuk serta judi.

Baca Juga: Agar Makin Peka, Coba Kenali Bentuk Kekerasan Terhadap Wanita Ini!

Masalah Ekonomi

Setelah perselisihan dan pertengkaran, masalah ekonomi menjadi penyebab kedua terbesar yang bisa memicu perceraian. Tapi masalah ekonomi jadi yang pertama memicu kekerasan pada perempuan.

Tekanan finansial sering kali menyebabkan stres dan ketegangan dalam hubungan, yang jika tidak ditangani dengan baik, dapat mengarah pada kekerasan lalu berlanjut pada perceraian.

Meninggalkan Salah Satu Pihak

Hal ini bisa juga disebut sebagai perselingkuhan karena salah satu pihak meninggalkan pasangannya. Ketidakhadiran secara fisik dan emosional dalam pernikahan sering kali membuat hubungan menjadi tidak stabil dan rapuh.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Kenapa faktor kekerasan dalam rumah tangga bukan ada di posisi pertama? Bukan karena tidak banyak terjadi tapi banyak orang yang tidak berani untuk mengakui dan melaporkan kekerasan yang terjadi dalam rumah tangganya.

Padahal saat korban berani bersuara mungkin perceraian bisa tidak terjadi atau justru akan lebih banyak terjadi untuk menyelamatkan para korban. Pasalnya, kekerasan fisik, emosional, atau psikologis tidak hanya merusak hubungan tetapi juga dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan pasangan.

Dari data Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) 2021, menunjukkan satu dari empat perempuan berusia 15 – 64 tahun pernah mengalami kekerasan selama hidupnya.

Mabuk

Salah satu faktor yang juga jadi penyebab perceraian tertinggi ternyata mabuk. Penyalahgunaan alkohol dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk perilaku agresif, pengabaian tanggung jawab, dan masalah kesehatan yang berdampak negatif pada hubungan pernikahan.

Judi

Meskipun tidak termasuk dalam lima besar penyebab perceraian, kasus perceraian akibat permasalahan judi meningkat tajam mulai dari tahun 2023. Angka ini meningkat 32% dibandingkan tahun sebelumnya dan melonjak 142,6% dibandingkan tahun 2020 atau awal pandemi Covid-19.

Lonjakan kasus perceraian akibat judi salah satunya juga karena meningkatnya kasus judi online di Indonesia.

Jadi bagi Sobat Vero yang mengalami persoalan dari salah satu faktor di atas, terutama mengalami tindak kekerasan, sebaiknya jangan diam dan segera melapor ke Hotline 129 yang disediakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA).