The Bridal Shower (Chapter 2)

48 JAM SEBELUM SKANDAL…

 

Hujan deras baru saja selesai membasahi kota Jakarta bagian pusat sore itu. Beberapa mobil mewah melaju memasuki kawasan elite SCBD dan berhenti di depan lobby hotel bintang lima. Para pegawai dengan sigap sudah mengepel dan membersihkan bagian lobby. Mobil mewah milik Andrhea tiba di depan lobby. Setelah salah satu pegawai membukakan pintunya, Andrhea keluar dengan anggun dan elegan memakai dress mint green yang panjangnya sampai lutut dengan semi brokat di bagian atasnya. Rambutnya dibuat hairstyle waterfall braid yang cocok dengan panjangnya yang hanya 5 cm melebihi pundak.  Rhea berdiri tegap dan mendongakkan dagunya sedikit seperti siap menghadapi apapun yang akan terjadi. 

 

Dua orang sahabat Andrhea, yaitu Windy dan Florina atau Flo sudah menunggu di depan lobby dengan gaun berwarna mint green. Windy dan Flo mengenal Rhea sejak kuliah di London. Ikatan mahasiswa Indonesia mempertemukan mereka dan mendekatkannya, walaupun awalnya banyak benturan di antara ketiganya tetapi mereka bisa bertahan selama 6 tahun ini. Windy, menjalankan S2 karena suaminya harus berpindah kerja ke London selama dua tahun. Dia menikah setelah lulus S1 dan dikaruniai 1 anak perempuan yang cantik. Windy termasuk karakter yang ceriwis, ‘ibu-ibu banget’, seorang Capricorn yang selalu punya suggestion yang besar pada sahabat-sahabatnya. Walaupun ceriwis, dia adalah seorang ambivert yang punya tombol off-nya sendiri. 

 

Sementara, Flo adalah anak bungsu dari brand F&B  terbesar di Indonesia yaitu, FAV. Hampir menikah bisnis juga dengan seorang pengusaha, tetapi Flo bukan tipe yang mudah disetir. Dia memilih menjalankan bisnisnya sendiri dan lepas dari orang tuanya. Kini, dia memiliki coffee shop yang selalu dikunjungi oleh para influencer. Seorang Sagitarian yang sangat social butterfly.  Salah satu rahasia hidupnya adalah selalu kumpul kebo dengan beberapa pria di apartmentnya. 

 

Keduanya menyapa Rhea dengan rindu karena hampir 2 bulan tidak bertemu. Tetapi sebenarnya Windy dan Flo sengaja tidak bertemu karena mau membuat kejutan tentang Bridal Shower. The Bridal Shower itu bernuansa mint green warna favoritnya Rhea. Rhea tersenyum lebar melihat mereka berdua dan memeluknya.  Tetapi tampak persahabatan mereka adalah persahabatan dewasa yang tidak seperti anak SMA atau kuliahan. 

 

Di samping sosok Rhea yang terkenal sedikit sombong, keras, dan perfeksionis, hanya pada Windy dan Flo, Rhea sedikit lebih terbuka. Tetapi tidak dengan pernikahan bisnisnya dengan Ocean. Karena pernikahan itu sudah menjadi rahasia bagi dua belah pihak keluarga. Namun, Windy dan Flo mengetahui kalau Rhea dan Ocean dijodohkan, jadi apabila adanya kecanggungan pasti sudah wajar. 

Windy dan Flo mengundang tiga orang lagi yang merupakan partner kerja Rhea dan berhubungan baik sampai sekarang. Mereka adalah Prita dan Danish. Ketiganya merupakan influencer sekaligus membuat usaha sendiri yang dibesarkan pada platform Tiktok. Agaknya, Windy dan Flo ingin supaya Rhea tampak banyak teman. Pula, secara postingan, akan tampak lebih menawan. 

“Padahal sama kalian aja juga cukup.” Rhea berkata begitu ketika keduanya selesai menceritakan 2 orang yang lain sambil berjalan menuju kamar hotel Rhea. 

“Rhe, ini buat kebutuhan lo posting.” Windy udah ngga sabar ingin nyerocos sama Rhea. Tetapi kemudian dipotong oleh Flo.

“kalo lo masih keep in touch sama teman kuliahan S1 lo, problem solved sih!

“Yaudah, yaudah gue ngerti kok.” Rhea tidak ingin membahas lebih jauh lalu laju langkahnya mendadak cepat. Windy dan Flo jadi ikut juga melangkah dengan cepat. 

 

Bridal shower ini mungkin akan benar-benar seperti moment yang scripted bagi Rhea. Untuk personal branding, perusahaan, brand make up-nya, dan keluarga Ocean. Tetapi perempuan yang tidak peduli akan cinta ini tetap menjalaninya seakan semua memang sudah ditakdirkan untuknya. Windy dan Flo membukakan ruang kamar Suite tempat di mana Bridal Shower itu sudah didekorasi. Saat dibuka, kamar suite itu sudah dipenuhi dengan balon, hiasan dan bunga yang memiliki nuansa mint green seperti kesukaan Rhea. Rhea tersenyum melihat usaha dua sahabatnya dan merasa nyaman dengan warna mint green-nya. Tak lama, disusul juga dengan kedatangan Prita dan Danish yang membawakan kue bertuliskan Goodbye, single! dan tampak lilin emas ada di atasnya sudah menyala. Di belakang mereka sudah ada kru foto yang  siap mengabadikan momen bridal shower itu. 

“Surprise, mbak Rhea! Tiup, tiup, tiup!”

Rhea tidak berlama-lama dan langsung meniup lilinnya. Kemudian mereka berlima berfoto bersama dengan kuenya. Rhea berada di tengah diapit dua sahabat di sebelah kanan dan dua orang partner kerja untuk meramaikan.  Sore yang dingin dan berembun itu menjadi agak hangat karena keriangan mereka yang berfoto di sekitar kamar suite Rhea. Sesi foto berlangsung sampai satu jam ke depan sambil mereka berlima pun menyantap kue dan makanan yang sudah dipesankan untuk mereka.  Hingga, para fotografer selesai berfoto dan duduk di ruang tamu kamar itu sambil membereskan kamera mereka. Para empat bridesmaid itu membuat Instagram Story dan update di story Tiktoknya. Sementara, Rhea hanya foto dengan sebuah bunga mawar merah muda yang dibungkus dengan bucket mint green kemudian Windy dan Flo yang sama-sama selfie menjadi latar belakangnya.

 

Prita mengeluarkan salah satu produk ELGANC yang baru saja dibelinya dan menunjukkan pada Rhea.  “Mbak, aku nge-fans banget sama parfum barunya ELGANC yang ini! Aku biasanya pakai Jo Malone karena suka freesia kan. Tapi waktu ini keluar, wanginya lebih candu sih!” Prita menjelaskan dengan sangat antusias. 

“Yaa, sebenernya kita ingin mengeluarkan produk itu supaya bisa merasakan Jo Malone yang lebih affordable sih.” Rhea tersenyum lalu menjawab dengan caranya yang sebenarnya tidak ingin menyakiti tetapi sepertinya dia tidak sadar. Dalam beberapa menit, mereka jadi terdiam hingga Windy menyenggol tangan Rhea dan memberikan kode untuk ‘explain more’. 

I mean, yaa karena Jo Malone overpriced yaa, kita coba ingin bikin yang sama tapi aku tambah aroma jasmine supaya bisa candu, kata kamu, Prita.” Rhea sama sekali tidak merasa harus menjelaskan apa-apa.

Well, penjelasan mbak bener sih. Aku itu dapetin Jo Malone aja karena endorse.” Prita menjelaskannya dengan lucu dan seperti tidak ada masalah. “Makanya, waktu ELGANC keluarin parfume yang mirip, aku tuh seneng banget!” Prita tersenyum agaknya seperti pura-pura tetapi dia lebih tidak ingin canggung.

“Thank you yaa supportnya, Ta.” Rhea menyentuh lembut bahu Prita. 

“Oh iya mbak Rhe, kontrak dengan For Us akan di-update kan? Sorry jadi bahas kerjaan, soalnya bosku minta sekalian tanya.” Danish yang dari tadi menyantap beberapa cokelat di meja akhirnya mendekat dan bertanya pada Rhea. 

“Masih aku pelajari ya, Dan. Diar nanti pasti kasih update.”  

“Eh udah kali bahas kerjaannya! Habis ini kita mau kemana?” Flo sudah merasa kalau percakapan mereka tidak asyik. 

Sorry, wait tadi karena lo bahas Diar, kenapa dia ngga diundang ya?” Windy memandang Flo seakan cari teman.

“Memang Diar deket sama Rhea?” Flo heran Windy menanyakan itu. 

“Ya gak pernah akur sih, tapi dia itu kaya aspri lebih-lebih dari Carly.” 

“Bisa gak usah bahas dia ngga sih? Gue rasanya udah masuk kantor lagi.” Rhea membicarakan itu sambil beranjak.

Oops, sorry. Yuk, berendem aja dulu abis itu kita makan malem.” Windy langsung merangkul lengan Rhea. 

“Mbak Rhea, maaf yaa aku pamit, karena ada liputan lagi di Pacific Place. Makasih ya udah undang aku ke acara ini.” Danish sudah menggandeng tasnya dan siap untuk pergi. 

Rhea kemudian membungkuskan cokelat yang dari tadi Danish makan dan dimasukan ke dalam totebag makanan yang dibawa. 

“Aku yang makasih banget kamu sudah datang padahal kamu sibuk.  Dibawa ya, untuk kru lainnya.” Rhea sambil memberikan totebagnya pada Danish. Danish tidak menolak lalu cipika cipiki pada Rhea. “Makasih banyak ya, mbak. Sehat selalu.” 

“Aku juga pamit ya mbak. Pacarku sudah jemput di lobby. Aku bawa paket dimsum yang belum dibuka ya. Hehe” berbeda dengan Danish, Prita lebih to the point. Tetapi hal itu membuat Rhea tersenyum karena dia senang orang yang to the point.

“Bawa aja, makasih yaa Prita.” 

Usai mereka berpamitan dan cipika-cipiki, Rhea bersama Windy dan Flo bersiap untuk berendam, sauna dan self healing untuk tubuh mereka. 

 

***

 

Ketiga sahabat itu sudah berganti baju ke gaun malam dan duduk di resto lounge hotel sambil menyantap steak dan winenya.  

This is the best wine, I’ve ever had. Tapi gue harus buru-buru ngilangin baunya, nanti Gracie curiga.” Windy seakan sayang sama winenya dan terus tambah. 

“Udah kali, malah nambah!” Flo langsung mengambil botol wine-nya.  

“Ihh, biarin aja sih Flo. Kapan lagi cobaaa, mumpung mas Angga udah ngizinin gue.” 

“Yaa ngizinin tuh nginep. Bukannya balik, Win!” Rhea dengan santainya protes ke Windy. 

“Trus gue mau diamuk sama mertua gitu, Rhe? No, thanks. Lo penting, tapi urusan gue sama mertua gue juga jauh lebih penting.” Windy menghela nafas kemudian meneguk wine lagi. 

“Mas Angga emang balik kapan?” Flo melirik penasaran ke Windy. 

“Pengennya sih katanya dateng ke nikahan Rhea, tapi bos besarnya baru dateng seminggu lagi. Ah makin lama aja gue phone sex mulu.” 

“Lo beneran setiap hari PS-an mulu?” 

“Penasaran banget lo?” Windy ngelirik kesel ke Flo. 

“Udah gausah ngurusin ibu-ibu galau. Lo sendiri, hari ini nginep sama yang mana?” Rhea kembali santai bertanya ke Flo sambil mengunyah steaknya. 

“Anjir! Lo tau gak, sekarang gak sebanyak itu pilihannya. Cuma dua!” 

“Yee, itu mah banyak! Gue aja satu mumeeett!” Windy malah curhat. 

“Yang sanggup bayarin lebih banyak sih Mas Sandy. Jadi, gue bohong dulu sama Fian.” 

Rhea hanya geleng-geleng kepala mendengar Flo. Sementara, Windy sekarang sibuk dengan smartphonenya. “Bentar yah, Gracie videocall gue.” Windy buru-buru melipir keluar mencari tempat yang sepi. 

Flo dan Rhea kini berhadapan saling menghabiskan steaknya masing-masing. Namun, Rhea tampak penasaran pada Flo. 

“Lo mau sampe kapan ngga akan bertahan sama hubungan lo, Flo?”

“Emang kenapa?”

Commitment issue kan masih bisa diperbaiki.” 

“Lo sendiri beneran suka sama Ocean?”  Pandangan Flo ke Rhea kini jadi agak serius dan keduanya saling berpandangan cukup lama. 

“Kenapa jadi nanya kaya gitu sama gue?” 

“Dari awal temenan, lo udah bilang lo gak percaya sama cinta. Trus enam bulan terakhir ini lo baru ngaku kalo lo ada chemistry sama Ocean. Semudah itu ya, Rhe?” 

Rhea cukup tertegun karena dia tidak mungkin menceritakan soal pernikahan bisnis ini kepada Flo dan perasaannya yang belum percaya dengan cinta tidak pernah berubah.

“Gue nyaman sama Ocean dan percaya kalo kita bisa ngebangun cinta itu bareng-bareng. Karena kita percaya sama komitmen.” Rhea menjelaskan dengan maksud supaya Flo percaya. Namun, anggapan Flo lain dan raut wajahnya berubah. 

“Maksud lo bawa-bawa komitmen dari tadi apa sih? Itu pilihan gue yang gak percaya komitmen! Selebihnya bukan urusan lo.” Nada bicara Flo mulai meninggi. 

“Gue gak ada maksud ngebahas itu lagi kok, Flo. Dari awal gue cuma nanya, ngga ada maksud sama sekali.” 

“Dari dulu, lo itu ngga pernah nge-review atau filter omongan lo, Rhe. Bae-bae aja, Ocean kabur dari lo!” Flo mendelik kesal lalu menyeruput winenya lagi. Tak lama, dering handphonenya bunyi, mas Sandy yang tadi disebutkannya menelpon. 

“Well, udah waktunya gue pergi. Mas Sandy udah datang. Bye, Rhe!” Walaupun dengan kesal, Flo tetap cipika-cipiki sama Rhea. 

“Thank you ya, Flo.” Rhea melihat kepergian Flo dengan menyesal dan tertinggal ucapan maaf di mulutnya yang tidak sempat dia ucapkan. 

Malam itu, Rhea berakhir sendirian karena pertemanan di usia menjelang 30 tahun di antara pebisnis pun sudah berbeda. Rhea meneguk winenya kembali hingga meminta tambah lagi. Pelayan menawarkan mocktail terbaru mereka dengan campuran vodka, namun akan tertutupi dengan rasa berry-berry yang bisa dipilih. Rhea menyanggupinya dan minta segera diantar. Rasa mocktail itu begitu candu dan membuat Rhea ingin menambah lagi. Kesendirian Rhea membuktikan stress yang dia alami yang diam-diam menggerogotinya. Dia memandangi foto bridal shower yang sudah diedit dan diposting di Instagramnya. Banyak like dan comment yang positif. Netizen iri dengan friendship goals mereka yang tampil sempurna. Tetapi, Rhea hanya dapat merasakan hampa. Rhea menyandarkan kepalanya pada lengan kanan yang terjulur lurus ke meja. Sebuah notifikasi pesan masuk dari Ocean Antoine yang belum dibacanya, “Gimana bridal showernya, Rhea?” 

***

Pukul 04.30 kamar hotel Rhea tampak tenang. Hingga, terdengar suara resleting yang sangat pelan. Terlihat seorang pria merapikan bajunya di sebelah tempat tidur Rhea. Pria itu sudah mengenakan topi dan masker hitam sehingga wajahnya tidak tampak jelas. Rhea masih tampak tidur dengan rambutnya yang berantakan dan gaun malam yang dipakainya di lounge. Pria itu meninggalkan Rhea tanpa meninggalkan jejak apapun. Namun, tas yang dibawanya adalah perlengkapan seperti tripod dan kamera yang canggih. 

Pukul 07.30, tubuh Rhea mulai gusar lalu perlahan dia memegang kepalanya yang begitu berat dan pusing. Rhea mencari handphone di nakas sebelah tempat tidur. Tetapi tidak ada. Rhea akhirnya duduk dengan perlahan. Lalu berdiri dan melangkah dengan masih sempoyongan. Rhea mencari air minum terlebih dulu dan meminumnya. Dia akhirnya sadar kalau handphonenya ada di meja ruang tamu. Handphonenya mati. Rhea heran dan termenung sendiri, ‘apa gue semabuk itu sampai lupa charge hp?’. Rhea adalah CEO yang paling stand by dan tidak pernah membiarkan handphonenya mati karena kesempatan bisa datang kapan saja. Rhea kemudian mengambil charger dan mengisikan pada handphone-nya. Rhea menatap kamar suitenya di mana tirai terbuka semua. Tetapi pagi itu mendung. Dia benar-benar semabuk itu sampai tidak merapikan sekitar, bahkan make up-nya, dan kenyamanan tidurnya. Rhea benar-benar melupakan semua yang terjadi semalam.  

Hingga, Rhea merasa kalau antingnya hilang satu di sebelah kirinya. Rhea mencari di sekitar tempat tidurnya. Saat mengangkat bantal yang ada di sebelah kirinya, Rhea terhenti sekejap menyadari ada wangi parfume pria. Rhea berpikir, “aku tidak tidur dengan pelayan resto semalam, kan?” Rhea menyeringai lalu geleng kepala.

Rhea benar-benar melakukannya atau tidak?