Tak jarang perempuan itu takut atau bahkan tidak menyadari kalau hubungan yang mereka jalani sudah tidak baik-baik saja. Untuk itu, agar Sobat Vero segera menyadari kalau hubungan kalian perlu diakhiri, ada tiga momen krusial yang perlu kalian perhatikan!
Memang menjalin hubungan apalagi yang sudah lama berjalan pasti berat untuk mengakhirinya, karena ada banyak momen kebahagiaan dan kasih sayang yang tercipta selama bersama.
Namun, memang ada hubungan yang perlu untuk segera diakhiri daripada menyebabkan luka yang lebih dalam. Memang memutuskan untuk mengakhiri hubungan itu tidak mudah, tapi penting untuk dilakukan demi tercipta kebahagiaan diri sendiri atau pasangan.
Ada tiga momen yang paling penting untuk menjadi tanda bagi kalian bahwa sudah waktunya untuk berpisah dengan pasangan!
Tiga Waktu Palin Krusial Untuk Berpisah
1. Adanya Pengkhianatan
Ketika dalam hubungan sudah ada pengkhianatan, seperti perselingkuhan atau kebohongan besar, maka itu sudah cukup menjadi tanda bahaya bagi hubungan kalian.
Jangan beri ruang sedikit pun untuk sebuah pengkhianatan, jika kalian ingin memaafkan pasangan karena itu kejadian yang pertama kali, maka ketika suatu saat terjadi lagi lebih baik segera akhiri.
Pertimbangkan dengan baik apakah hubungan tersebut masih bisa diperbaiki atau tidak usai terjadi pengkhianatan. Pasalnya, pengkhianatan apa pun bentuknya akan merusak kepercayaan dalam hubungan.
2. Adanya Kekerasan bahkan pelecehan
Momen kedua yang perlu kalian perhatikan adalah merasakan tindakan kekerasan dan pelecehan dalam bentuk apapun dalam hubungan.
Karena kekerasan dan pelecehan tidak hanya secara fisik, tapi juga secara emosional, verbal atau seksual dari pasangan.
Mungkin jika kalian menerima kekerasan fisik akan lebih mudah mendeteksinya, tapi bagaimana dengan kekerasan verbal? Ada beberapa contoh kekerasan verbal yang bisa jadi tidak kalian sadari telah kalian terima selama ini.
Menghina dan Merendahkan: Biasanya kekerasan ini akan menggunakan kata-kata ejekan yang bertujuan untuk menjatuhkan harga diri seseorang.
“Kamu bodoh sekali, tidak bisa melakukan hal sederhana ini.”
“Lihat dirimu, tidak ada gunanya sama sekali.”
“Dasar tidak tahu diri.”
Mengancam: Biasanya kekerasan ini menggunakan kata-kata yang menimbulkan rasa takut atau ketidakamanan.
“Kalau kamu tidak menuruti keinginanku, aku akan…” (diikuti ancaman fisik, finansial, atau sosial).
“Awas saja kalau kamu berani melakukan itu.”
“Kamu yakin bisa tanpa aku?”
Baca Juga: Ciri-ciri Love Scamming, Bentuk dan Cara Cegahnya
Memanipulasi atau Mengontrol: Kekerasan ini menggunakan kata-kata untuk membuat seseorang merasa bersalah, bingung, atau bertanggung jawab atas emosi atau tindakan pelaku.
“Kamu membuatku kecewa.”
“Kalau kamu sayang padaku, kamu pasti akan melakukan ini.”
“Aku melakukan ini semua demi kebaikanmu.”
“Aku tidak tahu harus berbuat apa tanpamu.”
Mengkritik Berlebihan: Biasanya kekerasan ini menggunakan kata-kata yang menyerang karakter seseorang secara terus-menerus, bukan perilakunya.
“Kamu selalu saja kaya gini.”
“Kenapa kaya gini aja harus aku?”
“Kamu memang susah ya melakukan ini.”
Menyalahkan (Gaslighting): Kekerasan verbal ini akan membuat korban meragukan ingatan, persepsi, atau kewarasan mereka sendiri.
“Itu tidak pernah terjadi.”
“Kamu terlalu sensitif.”
“Kamu berhalusinasi, itu hanya ada di pikiranmu.”
“Kamu berlebihan deh.”
Sarcasm yang Menyakitkan: Biasanya menggunakan humor atau sindiran untuk merendahkan.
“Oh, lihat si pintar ini, akhirnya bisa juga mengerjakan tugas itu.”
“Hebat sekali, kamu berhasil tidak merusak apa-apa kali ini.”
“Wah hebat! sekarang bisa semua sendiri ya.”
Mengisolasi: Mengucapkan kata-kata yang bertujuan untuk memutuskan hubungan korban dengan orang lain termasuk dalam kekerasan verbal loh.
“Teman-temanmu itu membawa pengaruh buruk.”
“Tidak ada yang peduli padamu selain aku.”
“Jangan sama mereka, kalau ada apa-apa hubungi aku saja!”
3. Rasa Terjebak atau Termanipulasi
Setelah mendapat kekerasan, satu momen krusial lainnya adalah ketika kalian merasa terjebak dan merasa dimanipulasi dalam hubungan.
Beberapa contoh situasi yang harus segera kalian waspadai adalah ketika pasangan sudah mulai memutar balik fakta, saat kalian mencoba membahas masalah atau perasaan, pasangan justru membalikkan kesalahan kepada diri kalian sendiri.
Contoh: Kamu mengungkapkan, “Aku sedih kamu tidak menghabiskan waktu bersamaku semalam.” Pasangan merespons, “Itu karena kamu terlalu menuntut. Aku jadi malas pulang cepat karena kamu selalu mengeluh.”
Respon semacam itu akan membuat kalian merasa bersalah karena telah mengungkapkan kebutuhan atau perasaan pada pasangan.
Bisa juga kalian hanya menjadi korban abadi, jadi kalian akan selalu jadi pihak yang bersalah sementara pasangan selalu jadi korban untuk mendapatkan simpati dan menghindari kritik.
Contoh: Saat mengeluh tentang sesuatu yang mereka lakukan, mereka akan berkata, “Hidupku sudah sulit, kamu tidak perlu menambah beban lagi,” atau “Aku selalu sial, kenapa kamu tidak bisa memahamiku?”
Respon itu bisa mengalihkan perhatian dari perilaku negatif mereka dan memicu rasa kasihan agar kalian akhirnya tidak menuntut atau mengkritik mereka.
Jika kalian sudah merasakan semua momen di atas, maka sudah waktunya untuk mengakhiri hubungan tersebut. Penting untuk diingat bahwa kalian sebagai perempuan berhak untuk bahagia dan berada dalam hubungan yang sehat.
Mengakhiri hubungan yang tidak sehat tidak lebih melelahkan daripada kalian harus terus bertahan dalam hubungan yang toxic.
Sekalipun kalian perempuan, kalian jangan ragu untuk mengakhiri hubungan yang tidak lagi membuat bahagia ya!